Senin, 19 September 2016

Fiqh Doa

Berdoa kepada Allah termasuk jenis amal ibadah yang utama dari amalan-amalan ibadah yang disyariatkan. Melalui doa seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah dan mengakui kelemahan dirinya yang penuh dosa. Allah berfirman:

و قال ربكم ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين

"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menghambakan diri kepada-Ku, kelak dia akan memasuki neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Ghofir: 60)

Dari Abu Huroiroh, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

ليس شيء أكرم على الله عز وجل من الدعاء

“Tidak ada sesuatupun yang paling mulia di sisi Allah 'azza wa jalla melebihi doa.” (HR. Ahmad 2/362, Al-Bukhori dalam "Al-Adabul Mufrod" 712, At-Tirmidzi 3370, Ibnu Majah 3829, Al-Hakim 1/490 dishohihkan oleh beliau dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam "Shohih Al-Adabul Mufrod" 549)

Dari An-Nu'man bin Basyir, bahwa Rosulullah ﷺ bersabda:

الدعاء هو العبادة

“Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Dawud 1479, At-Tirmidzi 3369, Ibnu Majah 3827, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam “Shohihul Jami'” 4307)

Berdoa dapat diartikan sebagai permohonan seorang hamba kepada Robb-nya tatkala ia berkata:

يا رب يا رب وما أشبه ذلك يسأل الله تعالى أن يعطيه ما يريد وأن يكشف عنه ما لا يريد

“Wahai Robbku, wahai Robbku, atau ungkapan semisal itu, seraya memohon kepada Allah ta’ala agar memenuhi apa yang dia mau dan menghilangkan apa yang tidak diinginkannya. (Syarh Riyadhussholihin Al-‘Utsaimin 4/95)

Syarat-Syarat Terkabulnya Doa

Di antara syarat terkabulnya doa sebagai berikut:

(1). Ikhlas, yakni memurnikan niat sehingga engkau berdoa kepada-Nya dengan benar dan janganlah engkau menyekutukan Allah dalam berdoa. Tidak riya’ (niat ingin dipuji orang), tidak pula sum’ah (niat ingin didengar orang), karena yang demikian itu akan menggugurkan nilai sebuah amalan. Berdoalah kepada Allah sedang engkau merasa sangat membutuhkan-Nya serta yakin sepenuh hati bahwa Allah akan mencukupi kebutuhanmu.

(2). Tidak melampui batas, yakni apabila dalam kandungan doanya melampui batas, maka Allah tidak akan menerimanya sekalipun doa orangtua untuk anaknya. Allah berfirman:

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-A’rof: 55)

Contohnya seperti memohon kepada Allah tentang sesuatu yang harom meskipun dia dalam keadaan terzalimi, atau minta menjadi seorang Nabi.

(3). Meyakini doanya dikabulkan, bukan untuk coba-coba. Sebagian orang kadang berdoa kepada Allah untuk coba-coba, lalu dia melihat apakah doanya itu dikabulkan ataukah tidak? Doa seperti ini tentu tidak diterima oleh Allah. Berdoalah kepada Allah dan engkau meyakini bahwa Allah akan mengabulkannya.

(4). Menjauhi perkara yang harom yakni seseorang tidak mengisi perutnya dengan makanan yang harom. Barangsiapa yang makan barang harom seperti hasil riba, menipu, merampas, berdusta maka Allah tidak akan mengabulkan doanya. Nabi ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah Mahabaik dan Dia tidak menerima kecuali yang baik-baik.”

Beliau ﷺ juga bersabda:

“Ada orang yang bepergian jauh, rambutnya kusut masai, pakaiannya berdebu, lantas menengadahkan tangannya ke langit seraya mengucapkan, “Wahai Robbku, wahai Robbku! Padahal makanannya haram, minumannya harom, pakaiannya dari hasil yang haram, dan dikenyangkan dengan yang haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan.” (HR. Muslim 1015 - Syarh Riyadhussholihin Al-'Utsaimin 4/95-96)

Kendati demikian, realisasi terkabulnya doa bisa dengan tiga cara. Nabi ﷺ bersabda:

“Tidaklah seorang muslim berdoa dengan satu doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan hubungan silaturrohim melainkan Allah akan berikan padanya salah satu dari tiga perkara, “Allah akan segera kabulkan doanya, Allah akan menangguhkan baginya di akhirat, dan Allah akan memalingkan darinya kejelekan yang serupa.” Para Shohabat mengatakan, “Jika demikian kami akan memperbanyak doa.” (HR. Ahmad 3/18)

Mengangkat Tangan Saat Berdoa

Terkait mengangkat tangan dalam berdoa, para Ulama membaginya dalam tiga hukum yaitu sunnah, bid’ah, mustahab.

Dikatakan sunnah pada kondisi yang ditunjukkan oleh dalil bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam berdoa dengan mengangkat kedua tangannya ketika itu, seperti doa istisqo' (minta turun hujan).

Dikatakan bid’ah pada kondisi ada dalil yang menunjukkan Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam berdoa tidak mengangkat kedua tangannya, seperti saat khutbah Jumat beliau berdoa dengan mengisyaratkan jari telunjuknya ke atas.

Dikatakan mustahab (dianjurkan) yakni doa-doa yang tidak terikat oleh waktu dan tempat. Hal itu berdasarkan riwayat shohih bahwa mengangkat tangan saat berdoa termasuk sebab terkabulnya doa.

Cara Mengangkat Tangan Saat Berdoa

Para Ulama berselisih pendapat bagaimana model mengangkat tangan saat berdoa, apakah di atas dada, dekat dengan wajah, sejajar dengan pundak, kedua tangan ditempelkan ataukah tidak. 

Menurut sebagian ulama, yang sering dilakukan Nabi ﷺ adalah berdoa dengan membuka kedua tapak tangannya dan diletakkan dipertengahan dada. 

Sedangkan doa dalam keadaan mendesak dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi sebagaimana perbuatan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam saat meminta turun hujan hingga ketiak beliau kelihatan.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar