Ada perbedaan pandangan antara muhadditsin (ahli hadits), ushuliyyin (ahli ushul) dan fuqoha (ahli fiqh) dalam menerjemahkan terminologi sunnah.
Perbedaan pandangan ini lumrah karena para ulama memahami definisi sunnah berdasarkan latar belakang disiplin ilmunya masing-masing.
Namun yang perlu diingat kata sunnah asalnya bermakna thoriqoh yang berarti jalan atau siroh yaitu peri hidup (An-Nihayah 2/409, Lisanul Arob 17/89). Maka jika disebut "sunnah Rosulullah ﷺ" maknanya jalan hidup beliau ﷺ atau petunjuk beliau ﷺ atau cara beragama beliau ﷺ baik menyangkut hal yang wajib maupun mustahab (anjuran).
Oleh karena itu, sunnah menurut para Salaf maknanya lebih luas yaitu setiap perkara yang sesuai dengan kitabullah dan petunjuk Nabi ﷺ serta pemahaman para shohabat baik dalam hal i'tiqod (keyakinan) maupun ibadah. Dan redaksi sunnah di sini berarti berseberangan dengan kata bid'ah.
Dari Abu Najih Al-Irbadh bin Sariyah bahwa Rosulullah ﷺ mengingatkan:
فإنه من يعش منكم فسيري اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة
“Barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku maka dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafa’urrosyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku. Gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi gerahammu. Dan hati-hatilah kalian dari perkara baru yang diada-adakan dalam agama karena setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud 4607, At-Tirmidzi 2676 dan beliau berkata “Hadits hasan shohih” dan dishohihkan oleh Syaikh Nashir dalam "Shohihul Jami’" 2546)
Jadi jelas bila ada ajakan "ihya'ussunnah" yaitu menghidupkan sunnah maka sunnah yang dimaksud tiada lain sunnah menurut para Salaf. Sunnah ini yang banyak ditinggalkan oleh kaum muslimin sehingga perlu dihidupkan kembali.
Al-Imam Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Kholaf Al-Barbahari (329 H) berkata:
اعلم أن الإسلام هو السنة والسنة هي الإسلام ولا يقوم أحدهما إلا بالآخر
“Ketahuilah, sesungguhnya Islam itu pada hakikatnya sunnah dan sunnah itu pada hakikatnya adalah Islam dan salah satunya tidak akan tegak kecuali dengan menegakkan yang lainnya.”
Syaikh Al-'Allamah Ahmad An-Najmi menerangkan:
يعني أن الإسلام الحقيقي هو السنة ، فمن استقام على السنة وأقامها، فقد أقام الإسلام، ومن اعوج عنها ومال يمنةً أو يسرةً فإنه قد أخل بالإسلام الحقيقي بانحرافه ذلك
"Yaitu Islam yang hakiki adalah apa yang diajarkan Nabi ﷺ dalam sunnahnya. Barangsiapa yang istiqomah mengikuti sunnah dan menegakkannya maka dia telah menegakkan Islam. Barangsiapa yang menyelisihi sunnah dengan menyimpang ke kiri atau ke kanan maka dia telah menodai kemurnian Islam karena penyimpangannya." (Irsyadus Sari hal. 26)
Maka tidak sepantasnya seorang muslim menghina sunnah atau menjadikannya sebagai bahan olokan. Karena perbuatan itu sama saja menghina Islam atau mengolok-olok syariat dan perbuatan semacam ini jelas kekufuran.
Jika saja kita belum mampu mengikuti sunnah dan mengamalkannya maka jangan membencinya. Rosulullah ﷺ telah mengingatkan:
فمن رغب عن سنتي فليس مني
"Barangsiapa yang membenci sunnahku maka dia bukan termasuk golonganku.” (HR. Al-Bukhori 5063 dan Muslim 1401)
Ironisnya, banyak orang yang minder atau lebih takut jika tidak dianggap anggotan ormas tertentu ketimbang dianggap golongan Rosulullah ﷺ lantaran menghidupkan sunnahnya.
Fikri Abul Hasan
0 comments:
Posting Komentar