Minggu, 26 Januari 2020

Waspada Penafsiran Baru

Jauh-jauh hari Nabi ﷺ sudah memperingatkan umatnya agar waspada dari penafsiran-penafsiran agama yang menyelisihi petunjuk Nabi ﷺ dan para shohabatnya. 

Dari Abu Najih Al-Irbadh bin Sariyah bahwa Nabi ﷺ mengingatkan:

فإنه من يعش منكم فسيري اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة

“Barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku maka dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku (cara beragamaku) dan sunnah para Khulafa’urrosyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku. Gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi gerahammu. Dan hati-hatilah kalian dari perkara baru yang diada-adakan dalam agama karena setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud 4607, At-Tirmidzi 2676 dan beliau berkata “Hadits hasan shohih” dan dishohihkan oleh Syaikh Nashir dalam "Shohihul Jami’" 2546)

Umat Islam jika ingin keluar dari percekcokan maka jalan satu-satunya hanyalah dengan merujuk kepada sunnah Nabi ﷺ dan sunnah para shohabat. 

Meninggalkan perkara baru dalam beragama seperti penafsiran mengada-ada yang mengemuka dalam pendekatan kontekstual yang pada hakikatnya bid'ah dholalah dan menjadi biang utama percekcokan. 

Salah seorang Imam Salaf Al-Imam Al-Auza'i (157 H) berpesan:

“Wajib atas engkau untuk berpegang dengan ajaran Nabi ﷺ dan para shohabatnya sekalipun orang-orang menolakmu, dan hati-hatilah engkau dari logika dalam beragama meskipun mereka hiasi dengan berbagai omongan. Karena perkara agama ini telah sangat jelas dengan petunjuk Nabi ﷺ dan para shohabat dan bila engkau beragama di atas dasar itu maka engkau telah berjalan di atas jalan yang lurus.” (Al-Adabus Syar’iyyah 2/70)

Adapun persoalan fiqh ashghor seperti muamalah khususnya kasus-kasus kontemporer maka dalil-dalil Al-Qur'an was Sunnah tetap menjadi acuan, qiyas, dan ijtihad para Ulama.

Mungkin sebagian kalangan sering mengklaim ada persoalan baru kekinian padahal esensinya telah disinggung oleh Nabi ﷺ dan para Salaf hanya saja dimensi waktunya yang berbeda.

Ini menunjukkan Islam sebagai pedoman hidup yang paripurna, universal, dan pergerakannya dinamis siap menjawab tantangan zaman.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar