Senin, 01 April 2019

Fitnah Perang Shiffin (Tahun 37 H)

(1). Shiffin nama daerah dekat Ruqqoh di sebelah sungai Eufrat dan sekarang masuk wilayah Suriah.

(2). Perang ini terjadi antara Ali dan Muawiyah bukan perang antara kholifah melawan kholifah. Ali sebagai kholifah sedangkan Muawiyah sebagai gubernur Syam.

(3). Muawiyah mengakui keutamaan Ali dan berhak dengan kekholifahan, tetapi Muawiyah menuntut kasus pembunuhan Utsman bin Affan segera diselesaikan di samping Muawiyah sepupu Utsman.

(4). Muawiyah enggan membaiat Ali sampai ditegakkan qishosh terhadap para pembunuh Utsman. Sedangkan Ali menghendaki Muawiyah harus membaiatnya agar bersatu di atas satu kalimat jika tidak Ali akan memeranginya.

(5). Muawiyah menyuruh orang-orang pergi menemui Ali agar menyerahkan para pembunuh Utsman kepadanya dan untuk selanjutnya masalah itu akan diserahkan Muawiyah kepada Ali.

(6). Orang-orang menemui Ali dan membicarakannya tetapi Ali enggan menyerahkan para pembunuh Utsman kepada Muawiyah karena pertimbangan maslahat dan mafsadah.

(7). Terkait perang ini Ali mengaku bahwa Nabi ﷺ tidak pernah berpesan apa-apa kepada beliau dan itu adalah murni ijtihad Ali sebagai amirul mukminin. (Riwayat Abu Dawud 4666)

(8). Pasukan Ali berjumlah 100.000 orang sedangkan di lain pihak pasukan Muawiyah berjumlah 70.000 orang lalu meletuslah fitnah peperangan.

(9). Ammar bin Yasir terbunuh dalam perang ini dan beliau berada di pihak Ali. Mengenai terbunuhnya Ammar, Nabi ﷺ pernah berkata, "Wahai Ammar, engkau akan dibunuh kelompok yang membangkang." (HR. Al-Bukhori 447 & Muslim 2915)

(10). Para shohabat yang tidak ikut peperangan dan selamat dari fitnah antara lain Sa'd bin Abi Waqqosh, Sa'id bin Zaid, Abdullah bin Umar, Muhammad bin Maslamah, Usamah bin Zaid, Abu Huroiroh, Zaid bin Tsabit, Imron bin Hushoin, Anas bin Malik, Abu Bakroh Ats-Tsaqofi, Al-Ahnaf bin Qais, Abu Ayyub Al-Anshori, Abu Musa Al-Asy'ari, Abu Mas'ud Al-Anshori, Al-Walid bin Uqbah, Sa'id bin Al-Ash, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dan mayoritas shohabat tidak melibatkan diri dalam fitnah ini.

(11). Perang Shiffin berakhir dengan tahkim (melibatkan pihak ketiga yang menengahi). Mushaf-mushaf diangkat di atas tombak sebagai isyarat berundingnya kedua belah pihak. Ali mengutus Abu Musa Al-Asy'ari sedang Muawiyah mengutus Amr bin Al-Ash.

(12). Tahkim keduabelah pihak bersepakat bahwa Ali tetap di Kufah sebagai kholifah kaum muslimin sedangkan Muawiyah tetap di Syam sebagai gubernur dan peperangan dihentikan.

(13). Riwayat yang menyebutkan kekholifahan Ali dicopot dan digantikan oleh Muawiyah maka ini kisah palsu yang bersumber dari rowi pendusta yaitu Abu Mikhnaf.

(14). Imam Ahmad ketika ditanya tentang hadits Ammar yang akan dibunuh oleh kelompok yang membangkang, beliau berkata, "Aku tidak ingin berkomentar apapun terkait hadits tersebut, tidak berkomentar atas peristiwa itu lebih selamat. Cukup kita mengetahui bahwa Nabi ﷺ berkata, "Ammar akan dibunuh kelompok yang membangkang." (As-Sunnah 722 - Al-Khollal)

(15). Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata, "Ahlussunnah sepakat melarang mencela para shohabat atas fitnah peperangan yang menimpa mereka, meski sudah diketahui pihak mana yang lebih dekat kepada kebenaran. Apa yang sudah terjadi adalah murni hasil ijtihad mereka." (Fathul Bari 13/72)

Faidah dari kitab "Hiqbah Minat Tarikh" hal. 183 - 190 karya Syaikh Utsman Al-Khomis, rujukan penulis kitab "Tarikhul Islam" hal. 540 karya Al-Imam Adz-Dzahabi, "Marwiyyat Abi Mikhnaf Fi Tarikh Ath-Thobari", "Tarikh Ad-Dimasyq".

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar