Kamis, 07 April 2016

Waspada Hadits Lemah & Palsu Seputar Bulan Rojab

Amalan yang dikhususkan pada hari-hari tertentu di bulan Rojab seperti puasa, sholat di awal bulan, pertengahan maupun di akhir bulan tidaklah dilandasi riwayat-riwayat yang shohih. Akan tetapi bersumber dari hadits-hadits yang dho'if (lemah) dan maudhu' (palsu). Sedangkan hadits dho'if dan maudhu' tidak boleh dijadikan sandaran untuk beramal.

Di antara hadits palsu yang banyak beredar terkait amalan di bulan Rojab sebagai berikut:

من صام ثلاثة أيام من رجب كتب الله له صيام شهر ، ومن صام سبعة أيام من رجب أغلق الله سبعة أبواب من النار ، ومن صام ثمانية أيام من رجب فتح الله له ثمانية أبواب من الجنة

“Barangsiapa yang berpuasa tiga hari di bulan Rojab maka Allah akan mencatat baginya puasa selama sebulan penuh. Barangsiapa yang berpuasa tujuh hari di bulan Rojab maka Allah akan menutup baginya tujuh pintu neraka. Barangsiapa yang berpuasa delapan hari di bulan Rojab maka Allah akan bukakan baginya delapan pintu surga.”

Hadits ini dinilai palsu oleh para Ulama karena dalam sanadnya ada rowi pendusta dan pemalsu hadits yaitu Aban bin Abi 'Ayyasy, kredibilitasnya diingkari oleh Syu’bah bin Al-Hajjaj. Begitupula Imam Ahmad, An-Nasa’i, Ad-Daruquthni berkata, “Aban adalah rowi yang matruk”. Dalam sanadnya juga ada ‘Amr bin Al-Azhar yang mana Imam Ahmad berkata, “Dia pemalsu hadits”, An-Nasa’i berkata, “Dia matruk”, Ad-Daruquthni berkata, “Dia pendusta”, Ibnu Hibban berkata, “Dia memalsukan hadits atas nama para perowi yang terpercaya”. Al-Imam Ibnul Jauzi memasukkan hadits ini dalam kumpulan hadits-hadits palsu yang harus diwaspadai dalam kitab beliau yang berjudul “Al-Maudhu’at” 2/206.

Hadits palsu lainnya seperti:

رجب شهر الله شعبان شهري رمضان شهر أمتي

“Rojab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, Romadhon adalah bulan umatku.”

Dalam sanadnya ada rowi yang bernama Abu Bakr bin Al-Hasan An-Naqqosy, dia tertuduh pemalsu hadits dan Al-Kisa’i adalah rowi yang majhul. Demikian yang disebutkan oleh Al-Imam Asy-Syaukani dalam "Al-Fawa'idul Majmu’ah"  38 (100).

Dan masih banyak lagi riwayat-riwayat palsu yang lain meski sekedar mengingatkan datangnya bulan Rojab ini kepada orang lain dianggap telah beribadah selama 80 tahun. Ini adalah kedustaan atas nama Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Di sini kita menyadari urgensi berilmu sebelum berkata dan beramal. Sebab orang yang bersengaja dusta atas nama Nabi shollallahu 'alaihi wasallam diancam oleh beliau untuk menyiapkan tempat duduknya di neraka.

Fatwa Ulama Terkait Keabsahan Hadits Di Bulan Rojab

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

أما صوم رجب بخصوصه فأحاديثه كلها ضعيفة ، بل موضوعة ، لا يعتمد أهل العلم على شيء منها ، وليست من الضعيف الذي يروى في الفضائل ، بل عامتها من الموضوعات المكذوبات . . . وفي المسند وغيره حديث عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه أمر بصوم الأشهر الحرم : وهي رجب وذو القعدة وذو الحجة والمحرم . فهذا في صوم الأربعة جميعا لا من يخصص رجبا “

“Adapun mengkhususkan puasa di bulan Rojab maka semua itu bersumber dari hadits-hadits lemah bahkan palsu, para Ulama tidak bersandar sedikitpun kepadanya. Bukan hanya lemah riwayat-riwayat yang menyebutkan keutamaan puasa di bulan Rojab, bahkan keumuman riwayatnya palsu dan dusta... Akan tetapi dalam “Al-Musnad” dan selainnya, di sana ada hadits Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam yang memerintahkan puasa di bulan-bulan harom di antaranya Rojab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom. Dan hukum puasa ini berlaku pada keempat bulan harom seluruhnya. Tidak dikhususkan hanya untuk bulan Rojab saja.” (Majmu’ Fatawa 25/290 - secara ringkas)

Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata:

كل حديث في ذكر صيام رجب وصلاة بعض الليالي فيه فهو كذب مفترى

“Semua hadits yang menyebutkan puasa secara khusus di bulan Rojab dan sholat pada sebagian malamnya adalah hadits-hadits yang dusta.” (Al-Manarul Munif hal. 96)

Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-‘Asqolani Asy-Syafii berkata:

لم يرد في فضل شهر رجب ولا في صيامه ولا صيام شيء منه معين ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة

“Keutamaan bulan Rojab, keutamaan berpuasa padanya, keutamaan berpuasa pada hari-hari tertentu maupun mengkhususkan sholat malam, semuanya tidak bersumber dari hadits yang shohih yang dapat menjadi hujjah.” (Tabyinul ‘Ajab 11)

Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin berkata:

صيام اليوم السابع العشرين من رجب وقيام ليلته وتخصيص ذلك بدعة وكل بدعة ضلالة

“Mengkhususkan berpuasa pada hari ke 27 dari bulan Rojab serta menunaikan sholat malam padanya adalah amalan bid’ah dan setiap bid’ah sesat.” (Majmu’ Fatawa 20/440)

Benarkah Isro' Mi'roj Terjadi Tanggal 27 Rojab?

Al-Hafidzh Ibnu Rojab berkata:

وقد روي انه كان في شهر رجب حوادث عظيمة ، ولم يصح شيء من ذلك ، فروي أن النبي صلى الله عليه وسلم ولد في أول ليلة منه ، وأنه بعث في السابع والعشرين منه  ، وقيل : في الخامس والعشرين , ولايصح شيء من ذلك ، وروي بإسناد لا يصح عن القاسم بن محمد أن الاسراء بالنبي صلى الله عليه وسلم كان في سابع وعشرين من رجب ، وأنكر ذلك إبراهيم الحربي وغيره

”Telah diriwayatkan konon di bulan Rojab banyak terjadi peristiwa-peristiwa besar, akan tetapi tidak ada satupun riwayat yang shohih yang menetapkannya. Disebutkan bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam lahir pada awal malam bulan Rojab dan beliau diutus pada tanggal 27 Rojab. Ada juga yang mengatakan bahwa hal itu terjadi pada tanggal 25 Rojab. Semua pemberitaan itu tidak ada yang akurat. Diriwayatkan dengan sanad yang tidak shohih dari Al-Qosim bin Muhammad bahwa Isro'-nya Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam terjadi pada tanggal 27 Rojab. Riwayat ini juga diingkari oleh Ibrohim Al-Harbi dan para Ulama selain beliau.” (Latho’iful Ma’arif hal. 169)

Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata, "Ada banyak perbedaan pendapat di antara Ulama dalam menentukan kapan terjadinya peristiwa Isro’ Mi’roj." (Fat-hul Bari 7/203)

Banyaknya perbedaan pendapat itu menunjukkan bahwa penetapan kapan terjadinya Isro' Mi'roj tidak termasuk perkara ushul (pokok) dalam agama ini. Maka tidak dianjurkan mencari tahu kapan persisnya terjadi peristiwa tersebut. Kewajiban kita adalah mengimaninya sesuai dengan pemberitaan Allah dan Rosul-Nya sebagaimana yang diimani oleh para shohabat Nabi rodhiyallahu 'anhum.

Andaikata Isro' Mi'roj terjadi tanggal 27 Rojab juga tidak dibenarkan menyambutnya dengan peringatan seperti perbuatan orang-orang Nashoro yang memperingati kenaikan Nabi 'Isa 'alaihissalam. Seandainya peringatan itu baik tentu para shohabat telah mendahului kita dalam mengamalkannya. Karena Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan bersumber dari ajaran kami maka tertolak." (HR. Muslim 1718)
_______________________________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar