Selasa, 15 Maret 2016

Esensi Manfaat & Mudharat

Jika "hajar aswad" (batu dari surga) saja tidak dapat menyembuhkan penyakit, menolak bala maupun mendatangkan keberuntungan; lebih-lebih lagi batu yang lain.

‘Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu 'anhu ketika mencium hajar aswad berkata:

إني أعلم أنك حجر لا تضر ولا تنفع ، ولولا أني رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم قبلك ما قبلتك

“Sungguh aku menyadari engkau hanyalah sebuah batu, tidak dapat mendatangkan mudharat dan tidak pula memberi manfaat. Seandainya saja aku tidak melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mencium engkau, niscaya aku tidak akan menciummu.”  (Shahih At-Targhib wat Tarhib 1/94/41)

Maka tindakan pengkeramatan batu, pohon, pemberhalaan keris atau bahkan pengkultusan Ulama yang diyakini dapat mendatangkan manfaat dan menolak bala adalah syirik besar yang dapat menggugurkan keislaman seseorang. Allah berfirman:

"Dan janganlah kamu menghambakan diri kepada pihak-pihak selain Allah yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepadamu dan tidak pula mudharat. Jika kamu berlaku seperti itu, jadilah kamu termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada seorangpun yang mampu menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada seorangpun yang kuasa menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan Dia-lah yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (Yunus: 106-107)

Al-Imam Al-Mufassir Ibnu Jarir At-Thabari rahimahullah (310 H) berkata, "Janganlah engkau (hai Muhammad) menghambakan diri kepada selain Allah penciptamu. Pihak-pihak selain Allah itu (berhala dan lainnya) tidaklah mampu mendatangkan manfaat kepadamu di dunia dan di akhirat, tidak pula mendatangkan mudharat atas agamamu dan duniamu. Janganlah engkau beribadah kepada mereka demi mengharapkan manfaat atau takut dari mudharatnya. Karena sungguh mereka tidak dapat memberi manfaat dan mendatangkan mudharat. Jika engkau melakukannya maka engkau termasuk golongan orang-orang yang zalim yakni musyrikin." (Jami'ul Bayan 6/618)

Inilah pokok ajaran para Nabi yaitu mentauhidkan Allah, mengesakan-Nya, menghambakan diri dan bergantung hanya kepada Allah semata. 

Fikri Abul Hasan


0 comments:

Posting Komentar