Selasa, 18 Juni 2019

Islam Bukan Produk Budaya (Arab/Nusantara)

Heraklius penguasa Romawi pernah bertanya kepada Abu Sufyan sewaktu dirinya masih musyrik. Heraklius berkata:

ماذا يأمركم؟

“Apa yang dia (Muhammad ﷺ) perintahkan kepada kalian?”

Abu Sufyan menjawab:

يقول: اعبدوا الله وحده ولا تشركوا به شيئا، واتركوا ما يقول آباؤكم، ويأمرنا بالصلاة والزكاة والصدق والعفاف والصلة

"Dia menyerukan, "Beribadahlah kepada Allah semata dan janganlah kalian menyekutukannya dengan sesuatupun, tinggalkanlah apa yang diajarkan oleh nenek moyang kalian. Dan dia juga memerintahkan kami sholat, zakat, berlaku jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung tali silaturrohim.” (HR. Al-Bukhori 7 & Muslim 1773)

Tiga perkara yang paling disangkal kaum musyrikin dari ajaran Nabi ﷺ adalah mentauhidkan Allah, meninggalkan perbuatan syirik, larangan mengekor kepada ajaran nenek moyang. Itulah yang mengakibatkan beliau ﷺ dimurkai oleh kaumnya yang notabene Arab.

Berdasarkan riwayat tersebut kita mengerti bahwa Islam adalah wahyu yang datang dari Allah, bukan produk budaya. Dan ajaran Islam yang paling agung adalah ajaran tauhid mengajak manusia untuk menghambakan diri hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun (baik manusia yang dikultuskan, jin yang dikeramatkan, keris atau batu yang diyakini mampu mendatangkan manfaat dan menolak mudhorot). Ajaran tauhid ini pula yang termaktub dalam kitab Taurot dan Injil sebelum mengalami perubahan.

Maka jika kita ingin mencari ridho Allah syarat utamanya harus bersedia dikritik seperti yang dialami orang-orang Arab dulu ketika Islam turun di tengah-tengah mereka. Begitupula ketika Islam melebar ke wilayah Persia, Romawi sampai ke wilayah Nusantara, maka siapapun kita harus siap dikritik, jangan menutup pintu kritik. Karena cara berislam yang paling otentik hanyalah cara berislamnya Nabi ﷺ yang diteladani oleh para shohabatnya.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar