Sabtu, 19 Maret 2016

Menyontoh Salafussholih dalam Perubahan

Dakwah Salafiyyah memulai perubahan sebagaimana salafussholih memulainya. Perubahan dimulai dari diri masing-masing dengan mengupayakan “At-Tashfiyah” yaitu pemurnian aqidah dari kotoran-kotoran syirik dan bid’ah serta “At-Tarbiyah” yaitu pembekalan tauhid dan sunnah.

Dakwah dan perjuangan kaum Muslimin dalam berjihad di jalan Allah tidak akan tegak dengan benar dan konsisten bila tidak dimulai dari manhaj “At-Tashfiyah wat Tarbiyah”. Karena dengan manhaj inilah Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam diutus untuk berdakwah dan mengentaskan segala problem umatnya. Allah berfirman:

لقد من الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولا من أنفسهم يتلو عليهم آياته ويزكيهم ويعلمهم الكتاب والحكمة وإن كانوا من قبل لفي ضلال مبين

“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Dia mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rosul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan mereka (At-Tashfiyah), dan mengajarkan kepada mereka (At-Tarbiyah) Al-Kitab wal Hikmah, dan sesungguhnya mereka dahulu benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Al-'Imron: 164)

Al-‘Allamah Mahmud Al-Alusi berkata, “Makna membersihkan mereka dalam ayat ini adalah membersihkan mereka dari kotoran-kotoran jahiliyyah serta kerusakan-kerusakan dalam perkara aqidah.” (Ruhul Ma’ani)

Al-‘Allamah ‘Abdurrohman bin Nashir As-Sa’di berkata, “Maknanya adalah membersihkan mereka dari kesyirikan, kemaksiatan dan kehinaan maupunmkerendahan akhlaq.” (Taisirul Karimirrohman)


Al-Imam Ash-Shon'ani berkata, "Makna mengajarkan mereka Al-Kitab wal Hikmah adalah mengajarkan mereka tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah." (Fat-hul Qodir)

Adapun mereka yang menjalankan prinsip “At-Tashfiyah wat Tarbiyah” adalah para Ulama yang adil perangainya dan Allah senantiasa munculkan pada setiap generasi. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam:

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين وتاويل الجاهلين

“Sesungguhnya Ilmu ini akan dibawa oleh para ulama yang adil dari tiap-tiap generasi. Mereka akan membantah penafsiran dari kalangan orang-orang yang ekstrim (khowarij), menolak kedustaan para pelaku kebatilan (ahli ilmu kalam dan filsafat), dan ta’wil orang-orang yang jahil (tarekat shufi).” (Hadits Hasan riwayat Al-Baihaqi dalam "As-Sunanul Kubra", Al-Ajurri dalam "As-Syari’ah" hadits ke 1 & 2, Ibnu ‘Adi dalam "Al-Kamil" 1/153, Ibnu Hibban dalam "Ats-Tsiqot" 4/10, Ibnu Abi Hatim dalam "Al-Jarh wat Ta’dil" 2/17 dan yang lainnya)

Al-'Allamah Ibnul Qayyim menjelaskan:

فأخبر صلى الله عليه و سلم ان العلم الذي جاء به يحمله عدول امته من كل خلف حتى لا يضيع ويذهب

“Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa warisan ilmu ini akan senantiasa dibawa oleh orang-orang yang adil dari umatnya pada setiap generasi agar tidak hilang dan sirna.” (Miftah Darissa’adah 1/163)

Dengan demikian perubahan yang mengacu kepada manhaj Salafussholih inilah yang sesungguhnya menjadi sebab kemenangan yang diberkahi Allah subhanahu wa ta'ala meski dalam perjuangannya membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup panjang. Allah berfirman:

وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang beramal sholih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Allah memberi kekuasaan pada orang-orang sebelum mereka. Dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah keadaan mereka, setelah mereka dalam keadaan ketakutan menjadi aman tentram, mereka tetap mentauhidkan Aku dan tidak berbuat kesyirikan sedikitpun. Dan barangsiapa tetap kufur setelah itu, maka mereka adalah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)

Demikian janji Allah atas orang-orang yang beriman dan beramal sholih dan Allah tidak pernah menyelisihi janji-Nya. 

Apabila mereka berupaya mentauhidkan Allah dan meninggal kesyirikan, maka Allah akan jadikan mereka berkuasa di muka bumi seperti orang-orang yang telah diberi kekuasaan oleh Allah pada umat-umat terdahulu. Inilah yang dimaksudkan oleh Imam Malik dalam pernyataan beliau, “Tidak akan menjadi baik nasib umat ini melainkan dengan apa yang telah memperbaiki generasi pendahulunya.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

وأيضا فمن المعلوم أن أشرف مسائل المسلمين وأهم المطالب في الدين ينبغي أن يكون ذكرها في كتاب الله أعظم من غيرها وبيان الرسول لها أولى من بيان غيرها والقرآن مملوء بذكر توحيد الله وذكر أسمائه وصفاته وآياته وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر والقصص والأمر والنهي والحدود والفرائض بخلاف الإمامة فكيف يكون القرآن مملوءا بغير الأهم الأشرف وأيضا فإن الله تعالى قد علق السعادة بما لا ذكر فيه للإمامة فقال ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا

“Dan juga termasuk hal yang wajib diketahui di sini bahwa persoalan kaum Muslimin yang paling utama dan menjadi perkara yang paling dituntut dalam agama ini ialah perkara-perkara yang disebutkan dalam Al-Qur’an lebih dominan ketimbang yang lainnya, serta penjelasan dari Rosulullah lebih utama daripada yang lainnya. Maka ayat-ayat Al-Qur’an mayoritasnya berisi tentang penjelasan tauhid kepada Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, tanda-tanda kekuasaan-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat. Al-Qur’an juga menceritakan kisah-kisah umat terdahulu, perintah dan larangan, hukum-hukum pidana maupun pembagian harta warisan. Tidak sebagaimana masalah “imamah” (kepemimpinan). Lantas bagaimana mungkin Al-Qur’an dipenuhi dengan permasalahan-permasalahan yang tidak penting (tauhid menurut anggapan mereka, -pent) sementara masalah kepemimpinan diklaim sebagai sesuatu yang penting dan lebih diutamakan?! Dalam Al-Qur’an, Allah mengaitkan penyebutan kebahagiaan tanpa menggandengkan dengan masalah kepemimpinan. “Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rosul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi kenikmatan dari kalangan para Nabi, para Shiddiqqin, para Syuhada’ dan orang-orang sholih. Dan mereka adalah teman yang sebaik-baiknya.” (Minhajussunnah An-Nabawiyyah 1/50)

Maka tetaplah istiqomah dalam memperjuangkan dakwah di atas manhaj dan aqidah yang benar. Jangan sampai tergiring oleh hiruk pikuk politik maupun isu-isu yang menyesatkan. Allah berfirman:

"Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim sedangkan penduduknya adalah orang-orang yang mengupayakan perbaikan." (Hud: 117)
______________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar