Jumat, 03 April 2020

Tauhid Bukan Sekedar Meyakini Allah Maha Pencipta

Syaikh Al-'Allamah Abdurrohman bin Hasan Alu Syaikh, "Dan yang dimaksud bertauhid bukan sekedar meyakini Allah semata yang Maha Pencipta seperti yang diklaim kalangan ahli kalam dan tasawwuf. Mereka menyangka bahwa menetapkan hal itu berarti telah menetapkan tauhid yang paling tinggi.

Ini pemahaman yang tidak benar, karena siapa saja yang mengakui sifat-sifat mulia yang berhak bagi Allah, mensucikan-Nya dari segala hal yang tidak patut, mengakui hanya Allah yang menciptakan segala sesuatu, maka dia tetap belum dikatakan bertauhid sampai dirinya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah, hanya Allah yang pantas dipersembahkan penghambaan." (Fat-hul Majid 1/110 tahqiq Syaikh Usamah Al-Utaibi)

Maka esensi tauhid adalah "tauhid uluhiyyah" yaitu menjadikan Allah sebagai satu-satu-Nya pihak yang berhak diberi persembahan dan penghambaan, memurnikan niat, tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya, tidak membangun loyalitas dan permusuhan kecuali karena-Nya. 

Jika bertauhid hanya sekedar "tauhid rububiyyah" yaitu meyakini hanya Allah yang Maha Pencipta, pemberi rizqi, pengatur alam, yang menghidupkan dan mematikan, maka kaum musyrikin sepakat meyakini hal ini tetapi belum memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang beriman.

Allah mengingatkan dalam firman-Nya:

وما يؤمن أكثرهم بالله إلا وهم مشركون

"Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan musyrik mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan yang lain)." (Yusuf: 106)

 Allah juga berfirman:

ويعبدون من دون الله ما لا يضرهم ولا ينفعهم ويقولون هؤلاء شفعؤنا عند الله 

"Dan mereka menghamba kepada selain Allah yang sesungguhnya tidak mampu mendatangkan kemudhorotan dan tidak pula kemanfaatan bagi mereka, namun mereka beralasan, "Sesembahan-sesembahan itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah"." (Yunus: 18)

Sesembahan selain Allah bukan hanya dalam bentuk patung yang diberhalakan tetapi juga dalam bentuk keris, batu, pohon, kuburan yang dikeramatkan, atau makhluk hidup yang dikultuskan, meski atas nama melestarikan kearifan budaya lokal.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar