Rabu, 01 April 2020

Bid'ah Lebih Disenangi Iblis dari Maksiat?

Ustadz mengenai atsar, "Bid'ah lebih disenangi iblis daripada maksiat karena maksiat dapat diharapkan taubatnya, sedangkan bid'ah sulit diharapkan taubatnya." Apakah shahih penisbatannya kepada Sufyan bin Uyainah? Jazakumullohu khoyr

Jawab: Sebelum mengetahui keabsahan penisbatan ucapan tersebut perlu dimengerti apa yang dimaksud dengan bid'ah. Para Ulama menjelaskan bahwa bid'ah secara istilah adalah:

كل اعتقاد أو لفظ أو عمل أحدث بعد موت النبي صلى الله عليه والسلام بنية التعبد والتقرب ولم يدل عليه الدليل من الكتاب ولا من السنة ولا إجماع السلف

"Setiap keyakinan, ucapan atau perbuatan yang diada-adakan sepeninggal Nabi ﷺ dengan niat ibadah dan bertaqorrub (mendekatkan diri kepada Allah) yang tidak ditunjukkan oleh dalil Al-Qur’an was Sunnah serta ijma’ Salaf." (Al-Qoulul Mufid fi Adillatit Tauhid hal. 182)

Maka bid'ah adalah perkara baru yang diada-adakan dalam beragama bukan dalam perkara dunia. Hukum bid'ah ini sesat dan tertolak meski niat pelakunya baik sebagaimana yang telah diperingatkan Nabi ﷺ.

Adapun atsar yang berbunyi:

إن البدعة أحب إلى إبليس من المعصية لأن البدعة لا يتاب منها والمعصية يتاب منها

"Sesungguhnya bid'ah lebih disenangi iblis daripada maksiat karena maksiat dapat diharapkan taubatnya, sedangkan bid'ah sulit diharapkan taubatnya."

Atsar ini dinisbatkan oleh sebagian Ulama kepada Al-Imam Sufyan bin Sa'id Ats-Tsawri (bukan Sufyan bin Uyainah) seperti yang dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam "Syu'abul Iman", Al-Lalaka'i dalam "Syarh Ushul I'tiqod Ahlissunnah wal Jamaah", Abu Nu'aim dalam "Hilyatul Awliya'" dan yang lainnya. 

Akan tetapi dalam sanadnya ada rowi yang bernama Yahya bin Yuman Al-'Ijli. Banyak komentar para Ulama terkait kredibilitas Yahya bin Yuman ini sehingga sebagian Ulama menilai statusnya dho'if.

Sekalipun penisbatan atsar tersebut kepada Sufyan Ats-Tsawri berderajat dho'if, namun para Ulama telah menukil atsar tersebut berasal dari para Salaf sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Imam Ibnu Muflih dalam "Al-Adabus Syar'iyyah". Dan atsar tersebut selaras dengan dalil-dalil Al-Qur'an was Sunnah. Allah berfirman:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا . الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

“Katakanlah hai Muhammad, "Maukah kami beritahu kalian tentang keadaan orang-orang yang paling merugi amalannya? Yaitu orang-orang yang sesat upaya mereka dalam kehidupan dunia, namun mereka menyangka bahwa mereka sedang beramal dengan sebaik-baiknya.” (Al-Kahfi: 103-104)

Ahlul bid'ah dan para pengikutnya merasa berada di atas ketaataan dan menyangka sebagai pihak yang dicintai oleh Allah dengan amalan bid'ahnya itu dan merasa sedang melakukan sebaik-baik amalan. 

Padahal Allah menilai sia-sia dan merugi amalannya akibat cara beragama mereka yang tidak sesuai sunnah (petunjuk) Nabi ﷺ.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar