Minggu, 01 Maret 2020

Bersentuhan dengan Wanita Membatalkan Wudhu?

Assalamu'alaikum ustadz, ahsanallah ilaikum, saya tidak sengaja bersentuhan dengan wanita setelah berwudhu apakah wudhu saya batal? Dan apa yang dimaksud dengan firman Allah dalam surat Al-Ma'idah ayat 6, "Atau menyentuh wanita"? Jazakumullah khairan.

Jawab: Wa'alaikumussalam warohmatullah wabarokatuh. Para Ulama berselisih pendapat menyentuh wanita apakah membatalkan wudhu ataukah tidak.

Syaikh Al-'Allamah bin Baz dalam salah satu fatwanya mengetengahkan pandangan para Ulama madzhab. Menurut Al-Imam Asy-Syafii hal itu membatalkan wudhu secara mutlak. Sedangkan menurut Al-Imam Abu Hanifah tidak membatalkan wudhu secara mutlak. Sedangkan menurut Al-Imam Ahmad (juga Al-Imam Malik) membatalkan wudhu apabila disertai syahwat.

Pendapat yang lebih kuat dan lebih sesuai dalil menurut Syaikh bin Baz adalah tidak batalnya wudhu secara mutlak baik disertai syahwat maupun tidak. Pendapat ini juga yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Dalilnya perbuatan Nabi ﷺ yang mencium sebagian isteri beliau kemudian langsung mengerjakan sholat tanpa memperbaharui wudhunya (HR. Ahmad 25807, Abu Dawud 179, At-Tirmidzi 86, Ibnu Majah 502 dishohihkan Syaikh Al-'Allamah Ahmad Syakir). Dan mencium isteri tentunya dengan syahwat, selama tidak keluar mani atau madzi maka wudhunya tetap sah.

Dalil lainnya adalah perbuatan Aisyah yang menyentuh kaki Nabi ﷺ ketika beliau sedang sujud dalam sholatnya (HR. Muslim 486), dan Nabi ﷺ juga menyentuh kaki Aisyah yang melintang di tempat sujud beliau sewaktu sholat malam di rumahnya (HR. Al-Bukhori 382 dan Muslim 512).

Di samping itu, hukum asal wudhu itu sah tidak boleh dianggap batal sampai ada dalil yang menunjukkannya. Apabila tidak ada dalil yang shohih dan shorih maka tetap berlaku pada hukum asalnya.

Adapun firman Allah, "Atau menyentuh wanita", maknanya diperselisihkan oleh para shohabat. Ibnu Abbas pakar tafsir dari kalangan shohabat mengatakan makna menyentuh dalam ayat tersebut adalah jima'. Sedangkan Ibnu Mas'ud dan Ibnu Umar berpendapat maknanya menyentuh selain jima'. 

'Ala kulli haal, permasalahan ini tergolong khilaf yang mu'tabar hendaknya masing-masing kita saling berlapang dada dan mengamalkan ilmu sesuai keyakinannya.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar