Minggu, 22 Maret 2020

Bahaya Ilmu Tanpa Pemahaman (Gagal Paham)

Penuntut ilmu setelah mempelajari ilmu syar'i maka dia harus menopang ilmunya dengan al-fahmu (pemahaman). Tidak sebatas tahu dalil ayat dan hadits shohih tetapi minim istidlal (paham pendalilan).

Syaikh Al-'Allamah Al-Utsaimin mengingatkan, "Termasuk perkara penting untuk membangkitkan kesadaran umat ini adalah pemahaman yang benar. Yaitu pemahaman yang sesuai dengan maksud Allah dan Rosul-Nya ﷺ. 

Betapa banyak manusia yang diberi ilmu namun tidak dianugerahi pemahaman. Maka tidak cukup hanya menghapal Al-Qur'an was Sunnah saja tanpa didukung oleh pemahaman yang benar sehingga tanpa disadari dirinya terjatuh dalam kesesatan.

Oleh sebab itu, kesalahan akibat pemahaman lebih berat dan lebih fatal ketimbang kesalahan akibat kejahilan (kebodohan). Orang yang salah karena kejahilan umumnya menyadari dirinya tidak mengerti sehingga mudah diajari. Sedangkan orang yang salah karena pemahaman sulit untuk diluruskan (ngeyel) sebab dirinya merasa berilmu dan lebih paham.

Urgensi pemahaman ini telah Allah sebut dalam Al-Qur'an tentang putusan Nabi Dawud dan Sulaiman 'alaihimassalam:

وداود وسليمان إذ يحكمان في الحرث إذ نفشت فيه غنم القوم وكنا لحكمهم شاهدين ففهمناها سليمان وكلا آتينا حكما وعلما

"Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu di rusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pemahaman kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan ilmu dan hikmah.." (Al-Anbiya': 78-79)

Maka di dalam ayat ini Allah lebih mengutamakan Nabi Sulaiman atas Nabi Dawud terkait pemahaman Nabi Sulaiman yang memberikan keputusan yang lebih tepat." (Ash-Shohwah Al-Islamiyyah hal. 23)

Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada ilmu dan pemahaman serta membimbing kita untuk selalu merujuk kepada para Ulama dalam menyikapi berbagai permasalahan. 

Para Ulama juga mengingatkan orang yang paham bukan sekedar tahu mana yang baik mana yang buruk, tetapi yang mengetahui mana yang lebih baik dari dua kebaikan, mana yang lebih buruk dari dua keburukan, dan mana yang lebih besar antara kebaikan dan keburukan.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar