Sabtu, 14 September 2019

Esensi Tawakkal

Allah memerintahkan tawakkal kepada-Nya dalam banyak ayat Qur'an dan menggandengkan tawakkal dengan keimanan dan kecukupan. Allah berfirman:

ومن يتوكل على الله فهو حسبه

"Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka Dia akan mencukupkan (kebutuhannya)." (Ath-Tholaq: 3)

Allah juga berfirman:

وعلى الله فتوكلوا إن كنتم مؤمنين

"Dan bertawakkallah kalian hanya kepada Allah, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (Al-Maidah: 23)

Al-Hafidzh Ibnu Rojab menjelaskan makna tawakkal: 

صدق اعتماد القلب على اللّه تعالى في استجلاب المصالح ودفع المضار من أمور الدنيا والآخرة

"Jujurnya hati dalam bersandar kepada Allah ta'ala demi meraih maslahat dan mencegah mudhorot menyangkut urusan dunia dan akhirat." (Jami'ul Ulum wal Hikam hal. 722)

Tawakkal merupakan pondasi tauhid dan pokok keimanan. Allah menjadikan tawakkal kepada-Nya sebagai syarat sah keimanan, dan keimanan tidak akan terealisasi kecuali dengan tawakkal. Maka kuat lemahnya tawakkal seseorang berbanding lurus dengan kuat dan lemahnya iman.

Kendati demikian, bertawakkal tidak berarti meniadakan ikhtiar (sebab/usaha) selama ikhtiar yang diusahakannya itu adalah perkara yang ma'ruf. Oleh karenanya seseorang bertanya kepada Rosulullah ﷺ , “Wahai Rosulullah, apakah saya ikat unta ini lalu bertawakkal, ataukah saya biarkan saja kemudian bertawakkal? Maka Rosulullah ﷺ berkata, “Ikatlah dulu lalu bertawakkallah kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 2517 dihasankan Syaikh Al-Albani "Takhrij Al-Musykilah" 22)

Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata, "Orang yang menyandarkan hatinya kepada Allah dalam bertawakkal haruslah diikuti dengan menjalankan sebab-sebab, karena jika tidak, maka dia telah meniadakan hikmah dan syariat. Oleh karena itu, seseorang jangan menjadikan kelemahannya sebagai tawakkal dan tawakkalnya sebagai kelemahan." (Zadul Ma'ad 4/15)

Maka apabila seseorang telah berusaha sekuat tenaga, tetap hanya Allah yang menjadi sandaran hati tidak bersandar kepada sebab yang dijalankannya. Apabila seseorang berobat kepada dokter, tetap hanya Allah yang menjadi sandaran hati lagi kuasa menyembuhkan penyakit tidak bersandar kepada dokter maupun obat. Inilah hakikat tawakkal yang sesungguhnya. 

Allah akan mencukupkan siapa saja yang menyandarkan hati kepada-Nya dan menyerahkan urusan kepada siapa saja yang bersandar kepada selain-Nya. Semoga Allah mudahkan hati kita agar jujur dalam bertawakkal dan diberi kecukupan.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar