Kamis, 29 Agustus 2019

Antara Ifroth & Tafrith

Ifroth artinya bersikap berlebihan atau melampaui batas. Sedangkan tafrith sebaliknya yaitu meremehkan atau bermudah-mudahan.

Dihikayatkan dari sebagian ulama:

ﺇﻥ ﻟﻠﺸﻴﻄﺎﻥ ﻣﻊ ﺑﻨﻲ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻭﺍﺩﻳﺎﻥ ﻻ ﻳﺒﺎﻟﻲ ﻓﻲ ﺃﻳﻬﻤﺎ ﻫﻠﻚ ﻭﺍﺩ ﻣﻦ ﺍﻟﻐﻠﻮ ﻭ ﻭﺍﺩ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻘﺼﻴﺮ

“Syaithon memiliki dua lembah yang dihadapkan kepada anak manusia. Dia tidak peduli di lembah mana manusia akan binasa. Yaitu lembah "al-ghuluw" (melampaui batas) dan lembah "at-taqshir" (bermudah-mudahan)."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Syaithon menghendaki agar manusia berlebih-lebihan dalam segala perkara. 

Apabila syaithon melihat dirinya cenderung pada kelembutan maka syaithon menghiasi kelembutannya itu sehingga dia tidak lagi membenci apa yang dibenci Allah dan tidak muncul kemarahannya dengan apa yang membuat Allah murka.

Sebaliknya, apabila syaithon melihat dirinya cenderung kepada sikap keras maka syaithon menghiasi sikap kerasnya itu dalam perkara yang bukan karena Allah sehingga dia abaikan perilaku baik, kelembutan, menjalin silaturrohim dan keramahan yang Allah dan Rosul-Nya ﷺ perintahkan. 

Akibatnya dia melampaui batas dalam bersikap keras, berlebihan dalam mencela, berlebihan dalam membenci serta menghukumi segala sesuatu melebihi apa yang diridhoi Allah dan Rosul-Nya ﷺ.” (Majmu’ Fatawa 15/292-293)

Melihat situasi yang penuh dengan kesimpangsiuran seperti sekarang ini banyak di antara kita yang terjebak dalam sikap ifroth ataupun tafrith. 

Dan sebaik-baiknya sikap adalah yang wasath (pertengahan) menepati sunnah Nabi ﷺ baik dalam hal aqidah, ibadah, akhlaq, muamalah. 

Allah telah mengingatkan, “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian sebagai umat yang wasath." (Al-Baqoroh: 143)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar