Selasa, 20 Agustus 2019

Kecerdasan yang Tidak Bercahaya

Akalnya brilian, ilmunya luas laksana samudera, pemahamannya matang serta produktif menyusun kitab dan menoreh tulisan yang menggerakkan jiwa.

Predikat mufassir, muhaddits, faqih, ahli tarikh dan bahasa semuanya disandang olehnya karena kemahiran yang betul-betul membikin orang takjub bukan kepalang. 

Tanpa maksud berlebihan para Ulama menganggap dirinya kala itu sebagai "Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah abad sekarang". Siapa dia? Beliau Abdullah Al-Qoshimi, sosok 'alim yang juga dikenal narsis, puitis, piawai merangkai syair.

Akan tetapi, hidayah tawfiq hanya milik Allah semata, bukan di tangan Saya, bukan di tangan Anda, bukan pula di tangan Nabi ﷺ sekalipun. Naas, Abdullah Al-Qoshimi menyimpang hingga membuatnya murtad keluar dari Islam di atas limpahan kenikmatan yang dimilikinya.

Murtad bukan lantaran materi yang menjadi tujuan. Murtad karena bid'ah filsafat dan kesombongan rasionalitas sampai menjerumuskannya ke dalam jurang kekafiran hingga ajalnya datang.

Syaikh Al-'Allamah Robi' bin Hadi Al-Madkholi -hafidzhohullah- berkata, "Kala itu sebagian Ulama menyampaikan nasehat kepadanya, dia menentang dengan kesombongannya menolak al-haq, congkak di atas kebatilan hingga murtad dari agamanya." 

Begitulah sifat kenikmatan, boleh jadi Allah cabut dengan sekejap akibat kesombongan diri. Kesombongan yang didefinisikan Nabi ﷺ menolak al-haq (kebenaran) dan menghinakan manusia (bukan dengan alasan yang benar).

Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan yang diridhoi-Nya, menjadikan kita sebagai hamba yang tawadhu terhadap al-haq, mengikuti nasehat Ulama, serta tidak tertipu dengan sedikit ilmu yang kita punya. 

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar