Rabu, 15 Mei 2019

Antara Merasa Benar & Merasa Lebih Baik

Orang yang merasa yakin di atas ilmu dan kebenaran tidak perlu dicap merasa lebih baik, merasa pasti diterima amalannya, merasa penghuni surga selainnya di neraka.

Bukan hal yang sulit bagi syaithon menyamarkan kesombongan dan menolak kebenaran dengan ujaran, "Jangan merasa paling benar!". Sebagaimana dulu dia mengelabui Adam dan Hawwa dengan mengaku sebagai penasihat yang tulus.

Para salaf beramal yakin di atas ilmu, yakin di atas sunnah (petunjuk) Nabi ﷺ, yakin di atas kebenaran. Namun, tidak ada yang mengatakan mereka itu merasa lebih baik atau merasa amalannya pasti diterima.

Ashim bin Yusuf bertanya kepada Hatim Al-Ashom (237 H):

يا حاتم كيف تصلي؟

"Wahai Hatim bagaimana engkau sholat?

قال حاتم : أقوم بالأمر وأمشي بالسكينة وأدخل بالنية وأكبر بالعظمة وأقرأ بالترتيل والتفكر وأركع بالخشوع وأسجد بالتواضع وأسلم بالسنة وأسلمها بالإخلاص إلى الله عز وجل وأخاف أن لا تقبل مني 

"Hatim menjawab, "Aku berdiri sebagaimana yang diperintahkan, berjalan dengan tenang, lalu memulai sholat dengan menghadirkan hati, bertakbir dengan penuh pengagungan, membaca ayat dengan tartil dan penghayatan, ruku dengan khusyu, sujud dengan tawadhu, mengucapkan salam sesuai sunnah dan ikhlas mengharap ridho Allah 'azza wa jall. Namun, aku masih khawatir bila saja sholatku tidak diterima." (Shifatus Shofwah 4/161)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar