Senin, 01 April 2019

Bentar-Bentar Bid'ah?

Syaikh Muhammad Al-Wushobi menjelaskan definisi bid'ah secara syariat, beliau berkata:

كل اعتقاد أو لفظ أو عمل أحدث بعد موت النبي صلى الله عليه والسلام بنية التعبد والتقرب ولم يدل عليه الدليل من الكتاب ولا من السنة ولا إجماع السلف

"Bid'ah adalah setiap keyakinan, ucapan atau perbuatan yang diada-adakan sepeninggal Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dengan niat ibadah dan bertaqorrub (mendekatkan diri kepada Allah) yang tidak ditunjukkan oleh dalil Al-Qur’an was Sunnah serta ijma’ Salaf." (Al-Qoulul Mufid fi Adillatit Tauhid hal. 182)

Orang-orang Nashoro lebih dulu berbuat bid'ah dalam beragama. Allah berfirman:

وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ

"Dan mereka mengada-adakan (bid'ah) kerahiban, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk (alasan) mencari keridhoan Allah." (Al-Hadid: 27)

Pelaku bid'ah merasa di atas ketaatan dan sebaik-baik amalan. Allah berfirman:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (104)

“Katakanlah wahai Muhammad, "Maukah kami beritahu kalian tentang keadaan orang-orang yang paling merugi amalannya? Yaitu orang-orang yang sesat upaya mereka dalam kehidupan dunia tetapi mereka menyangka bahwa mereka sedang beramal dengan sebaik-baiknya.” (Al-Kahfi: 103 - 104)

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam senantiasa memperingatkan umatnya dari bahaya bid'ah setiap kali memulai khutbah:

أما بعد فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة

“Amma ba’d, maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jelek perkara adalah perkara (agama) yang diada-adakan, setiap perkara (agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat." (HR. Muslim 867)

Abdullah bin Umar rodhiyallahu ‘anhuma berkata:

كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة

“Setiap bid’ah adalah sesat meski orang menganggapnya baik.” (Al-Ibanatul Kubro 1/219 - Ibnu Batthoh Al-Ukbari)

Al-Imam Malik bin Anas berkata:

 من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة فقد زعم أن محمداً خان الرسالة

“Siapa saja yang mengada-adakan kebid’ahan dalam perkara agama yang dia klaim sebagai kebaikan, sungguh dia telah menuduh Nabi Muhammad mengkhianati risalahnya!" (Al-I'tishom 1/64)

Lalu bagaimana dengan ucapan Al-Imam Asy-Syafii, “Bid’ah terbagi dua yaitu "bid'ah mahmudah" (terpuji) dan bid’ah madzmumah (tercela), maka apa saja yang sesuai sunnah itulah yang terpuji sedangkan yang menyelisihi sunnah itulah yang tercela.” (Hilyatul Auliya 9/113)??

Jawab, istilah "bid'ah madzmumah" menurut Al-Imam Asy-Syafii sesungguhnya hakikat bid’ah itu sendiri yaitu keyakinan, ucapan dan perbuatan yang diada-adakan sepeninggal Nabi shollallahu 'alaihi wasallam sebagaimana yang telah diperingatkan oleh para Ulama yang lain. Contoh bid'ah madzmumah yang disebutkan oleh para Ulama bermadzhab Syafii adalah bid’ah dalam masalah aqidah dan ibadah seperti bid’ahnya madzhab Qodariyyah, Jabriyyah, Syiah, Khowarij, bid’ahnya sholat Rogho’ib serta menari-nari dan menabuh rebana dalam masjid.

Sedangkan "bid’ah mahmudah" atau "bid'ah hasanah" menurut beliau sebetulnya tidaklah tergolong bid'ah secara syariat. Contoh bid'ah mahmudah yang disebutkan oleh para Ulama bermazhab Syafii adalah belajar ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab).

Di zaman Nabi shollallahu 'alaihi wasallam ilmu nahwu memang belum diajarkan secara khusus karena bahasa Arab kala itu sangat fasih di lisan manusia. Baru kemudian ilmu nahwu diajarkan lantaran adanya kesalahan-kesalahan dalam pengungkapan bahasa Arab. Ini yang melandasi ucapan Al-Imam Asy-Syafii terkait bid'ah mahmudah tersebut yang esensinya bukan bid'ah secara syariat.

Maka para Ulama sepakat hakikat bid'ah menurut syariat adalah penyimpangan dalam beragama yang harus diwaspadai sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil Al-Qur'an was Sunnah. Kendati demikian, syariat menuntut hikmah dalam berdakwah yaitu menyampaikan ilmu dan nasehat sesuai tingkat pemahaman masing-masing orang.
_______________________________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar