Rabu, 16 September 2020

Keutamaan Orang yang Memurnikan Tauhidnya dari Kesyirikan

Allah mengingatkan kita tentang luasnya karunia Allah dan besarnya pahala orang yang bertauhid di dalam firman-Nya:

الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am: 82)

Abdullah bin Mas'ud rodhiyallahu 'anhu mengatakan, "Tatkala turun ayat ini, "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman", Maka para shohabat bertanya, "Wahai Rosulullah, adakah di antara kita yang tidak pernah menzalimi dirinya?" 

Rosulullah ﷺ menjawab, "Bukan seperti yang kalian katakan, mereka yang tidak mencampuradukkan keimanan dengan kezaliman maksudnya dengan kesyirikan, tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman kepada anaknya, "Wahai anakku janganlah engkau berbuat syirik (menyekutukan Allah), sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezaliman yang teramat besar." (HR. Al-Bukhori 3181)

Maka kezaliman yang dimaksud ayat tersebut adalah kesyirikan. Meski kata zalim pada ayat datang dalam bentuk nakiroh (indefinitif) dan konteksnya nafi (peniadaan) yang menunjukkan perbuatan zalim secara umum, akan tetapi umum yang dimaukan di sini bermakna khusus ('umuuman muroodan bihil khushuush) sebagaimana yang dikenal di kalangan ahli ushul.

Sedangkan keimanan yang dimaksud ayat tersebut adalah tauhid dan keikhlasan. Al-Hafidzh Ibnu Katsir menjelaskan:

أي هؤلاء الذين أخلصوا العبادة لله وحده ولم يشركوا به شيئا هم الآمنون يوم القيامة المهتدون في الدنيا والآخرة

"Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mereka itulah orang-orang yang memperoleh keamanan pada hari kiamat dan mendapat mendapat hidayah (petunjuk) di dunia dan di akhirat." (Tafsir Ibnu Katsir 2/153)

Ulama yang lain mengatakan termasuk keamanan di dunia yaitu amannya hati dari kegelisahan yang berlebih serta aman dari azab.

Kesimpulannya, rasa aman dan petunjuk tidak akan terwujud kecuali bagi orang yang tidak mencampur imannya dengan kesyirikan yaitu meletakkan ibadah bukan pada tempatnya, mensejajarkan Allah dengan makhluk-Nya, menghambakan diri kepada selain-Nya.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar