Rabu, 16 September 2020

Tauhid Esensi Ajaran Islam

Ilmu aqidah yang paling utama dipelajari oleh setiap muslim adalah ilmu tauhid. Kewajiban mempelajari tauhid merupakan awjabul wajibat yaitu kewajiban yang paling wajib.

Sebab itu tauhid menempati urutan pertama dalam rukun Islam sebelum rukun-rukun yang lain. Yaitu syahadat "Laa ilaaha illallaah" yang bergandengan dengan syahadat "Muhammad Rosulullah". 

Dikarenakan peranan tauhid sangat mendasar di dalam ajaran Islam sehingga para ulama mengumpamakan tauhid ibarat jantung bagi badan.

Akan tetapi, ada sebagian kalangan yang mengartikan tauhid hanya sebatas mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta.

Kata mereka, siapa yang mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta berarti dia telah menetapkan tauhid yang paling tinggi. Tentu penafsiran seperti ini jauh dari kebenaran dan belum menyentuh esensi tauhid.

Kalau sekiranya tauhid dibawa kepada pengertian itu tentu kaum musyrikin di masa Rosulullah ﷺ semuanya bertauhid dan beliau tidak perlu susah payah mendakwahi mereka.

Bahkan Iblis juga dikatakan bertauhid karena dia mengakui Allah yang menciptakan dirinya dari api sedangkan Adam dari tanah.

Syaikh Al-'Allamah Abdurrohman bin Hasan Alu Syaikh meluruskan kesalahpahaman tersebut. Beliau rohimahullah berkata,

"Bertauhid pada hakikatnya bukan sekedar meyakini Allah semata yang maha pencipta seperti yang diklaim oleh ahli kalam maupun kalangan tasawwuf. 

Mereka menyangka bahwa siapa yang menetapkan hal itu berarti telah menetapkan tauhid yang paling tinggi.

Pemahaman yang demikian itu tentu amat jauh dari kebenaran, karena siapa saja yang mengakui sifat-sifat mulia bagi Allah, mensucikan-Nya dari segala hal yang tidak pantas, mengakui hanya Allah yang menciptakan segala sesuatu, maka dia belum dianggap bertauhid.

Sampai dirinya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan hanya Allah yang pantas diberikan penghambaan." 

(Fat-hul Majid 1/110 tahqiq Syaikh Al-Utaibi)

Jadi pengertian tauhid secara istilah menurut para ulama sebetulnya adalah mengesakan Allah dalam seluruh penghambaan dan peribadahan.

Dengan kata lain, meyakini hanya Allah yang paling berhak untuk diibadahi, hanya Allah yang kuasa mendatangkan manfaat dan menolak mudhorot, hanya kepada Allah hati bergantung, dan hanya karena Allah loyalitas dan permusuhan dibangun.

Inilah hakikat dakwah tauhid yang diserukan oleh Rosulullah ﷺ di tengah-tengah kaumnya. Dan dakwah ini pula yang diserukan oleh para Nabi seluruhnya.

Maka siapa yang mengesakan Allah dalam seluruh peribadahan sudah barang tentu dia mengakui hanya Allah yang Maha Pencipta. Namun, belum tentu sebaliknya.

Sebab itu, Allah melabeli orang-orang yang menolak dakwah tauhid sebagai musyrikin di dalam Al-Qur'an karena mereka mengakui Allah sebagai Tuhan tetapi bersamaan dengan itu mereka sekutukan Allah dalam penghambaan.

Allah berfirman,

وما يؤمن أكثرهم بالله إلا وهم مشركون

"Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan musyrik mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan yang lain)." (Yusuf: 106)

Allah juga berfirman,

ويعبدون من دون الله ما لا يضرهم ولا ينفعهم ويقولون هؤلاء شفعؤنا عند الله 

"Dan mereka menghamba kepada selain Allah yang sesungguhnya tidak kuasa mendatangkan kemudhorotan dan tidak pula kemanfaatan bagi mereka, tetapi mereka beralasan, "Sesembahan-sesembahan itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah"." (Yunus: 18)

Semoga Allah memudahkan kita untuk senantiasa mempelajari tauhid, mengamalkannya, dan menjauhkan kita dari hal-hal yang dapat membatalkannya.

Dengan mempelajari tauhid seorang hamba akan betul-betul menyadari dari mana dirinya berasal, untuk apa dia diciptakan, dan kemana dia akan kembali.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar