Sabtu, 13 Juni 2020

Kaidah Inti Kekuatan Umat Islam

Al-Imam Malik bin Anas berkata:

لن يصلح آخر هذه الأمة إلا ما أصلح أولها

"Tidak akan menjadi baik nasib akhir umat ini kecuali dengan apa yang telah memperbaiki generasi pendahulunya." (Tanqihut Tahqiq 2/423 - Al-Hafidzh Ibnu Abdil Hadi)

Generasi pendahulu umat ini adalah para shohabat Nabi rodhiyallahu 'anhum dari kalangan Al-Muhajirin dan Al-Anshor yang paling utama di antara mereka adalah Abu Bakr, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali.

Hal pertama yang dibenahi Nabi ﷺ dari para shohabatnya adalah masalah aqidah yang meliputi perkara tauhid dan keimanan serta membersihkan mereka dari syirik dan memutus semua sarana yang menjerumuskan manusia kepada kesyirikan agar tidak lagi bersandar kepada kuburan, mengultuskan makhluk dan menghambakan diri sepenuhnya hanya kepada Allah.

Inilah manhaj Salaf jalan yang ditempuh Nabi ﷺ dan para shohabatnya, manhaj yang jelas dan terang. Barangsiapa yang menghendaki perbaikan maka mulailah darimana Nabi ﷺ memulainya. Allah berfirman:

وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang beramal sholih, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Allah memberi kekuasaan pada orang-orang sebelum mereka. Dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah keadaan mereka, setelah mereka dalam keadaan ketakutan menjadi aman tentram, mereka tetap mentauhidkan Aku dan tidak berbuat kesyirikan sedikitpun, dan barangsiapa tetap kufur setelah itu maka mereka adalah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)

Maka inti kekuatan umat ini bukan ditentukan oleh banyaknya harta, pesatnya laju perekonomian, dominannya kekuasaan. Akan tetapi dengan pembenahan aqidah yaitu merealisasikan tauhid dan menjauhi kesyirikan.

Sebab itu Umar bin Al-Khotthob mewasiatkan pasukannya sebelum menghadapi Persia agar senantiasa bertaqwa kepada Allah. Beliau berkata, "Sekuat-kuatnya senjata kalian untuk melawan musuh adalah taqwa dan hendaklah kalian takut dari kedurhakaan kalian kepada Allah daripada kekhawatiran terhadap musuh, karena kedurhakaan itu jauh lebih berbahaya!"

Mulai dari diri kita sendiri, banyak introspeksi diri, bagaimana kualitas tauhid kita kepada Allah? Bagaimana aqidah kita? Bagaimana manhaj dan aqidah orang-orang yang diikuti dan dibela? Karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu berupaya mengubah dirinya sendiri.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar