Minggu, 17 Mei 2020

Bermujahadah di Penghujung Bulan Romadhon

Dari Aisyah rodhiyallahu 'anha:

كان رسول الله ﷺ إذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله

"Adalah Rosulullah ﷺ apabila memasuki sepuluh hari terakhir bulan Romadhon beliau biasa mengencangkan ikatan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya." (HR. Al-Bukhori 2024 dan Muslim 1174)

Faidah hadits:

(1). Mengencangkan ikatan sarung adalah ungkapan tidak berkumpul bersama isteri atau bersungguh-sungguh dalam ibadah sebagai tambahan ketaatan dari biasanya. (Fathul Bari 5/428 dan Syarh Shohih Muslim An-Nawawi 7/101)

(2). Menghidupkan malamnya yakni terjaga di malam hari menyibukkan diri dengan ketaatan. (Fathul Bari 7/429)

(3). Membangunkan keluarganya yaitu isteri-isteri beliau ﷺ untuk mengerjakan sholat malam dan ini menunjukkan dianjurkannya memaksimalkan ketaatan pada sepuluh hari terakhir bulan Romadhon. (Syarh An-Nawawi 7/101)

(4). Bermujahadah (sungguh-sungguh) dalam menjalankan ketaatan pada 10 hari terakhir guna mencari malam lailatul qodr dan tidaklah seseorang mampu bermujahadah kecuali dengan pertolongan Allah.

(5). Tidak disyaratkan harus terjaga semalam suntuk karena Rosulullah ﷺ membangunkan keluarganya untuk ibadah yang menunjukkan mereka tidur kemudian terbangun. 

(6). Selain sholat dianjurkan memperbanyak doa, "Alloohumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni" (Ya Allah Engkau Maha pemaaf dan senang memaafkan hamba-Mu maka berilah pemaafan kepadaku) sebagaimana yang diriwayatkan At-Tirmidzi juga dari Aisyah.

(7). Sebagian Ulama berkata bahwa perintah memohon ampunan dan pemaafan pada malam lailatul qodr itu dilakukan setelah bermujahadah mengerjakan ketaatan di dalamnya. 

(8). Orang yang bermujahadah dalam ketaatan tidak melihat amalannya sudah diterima bahkan dia merasa kurang dan senantiasa memohon ampunan dan pemaafan dari Allah.

(9). Lailatul qodr terjadi di antara sepuluh hari terakhir Romadhon utamanya di malam-malam ganjil dan terjadinya berpindah-pindah setiap tahun kadang malam 21 atau malam 23 atau malam 24 atau malam 25 atau malam 27 atau malam 29. (Syarh Riyadhus Sholihin 3/456 Al-Utsaimin)

(10). Keutamaan Aisyah rodhiyallahu 'anha yang meriwayatkan hadits ini sehingga menjadi sebab terpeliharanya sunnah Rosulullah ﷺ bagi umat beliau. (Ibid)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar